TUGAS I PENDAHULUAN (AKUNTANSI INTERNASIONAL)
NAMA : GIA PRINATAMA
KELAS : 4EB13
NPM : 23209862
1.
Bagaimana Akuntansi internasional berbeda dengan akuntansi Lainnya
Seiring dengan bisnis dan pasar keuangan yang telah banyak
menuju internasionalisasi,begitu juga dengan perbedaan dalam akuntansi
internasional yang menjadi lebih penting dari sudut pandang analisis pernyataan
keuangan internsaional. Pertanyaan kuncinya mencakup ke arah perbedaan
akuntansi internasional yang berdampak ke penaksiran pendapatan dan aliran kas
ke depannya dan dari resiko dan ketidakpastian sekutu.
Pengertian Akuntansi Internasional sendiri definisinya adalah
sebagai akuntansi untuk transaksi antar negara, pembandingan prinsip-pronsip
akuntansi di negara-negara yang berlainan dan harmonisasi standar akuntansi di
seluruh dunia. Suatu perusahaan mulai terlibat dengan akuntansi internasional
adalah pada saat mendapatkan kesempatan melakukan transaksi ekspor atau impor.
Ekspor diartikan sebagai penjualan ke luar negeri dan dimulai saat perusahaan
penjual domestik mendapatkan order pembelian dari perusahaan pembeli asing.
Perbedaan akuntansi internasional membawa
sejumlah permasalahan dari sudut pandang analisis keuangan. Pertama, sebagai
usaha untuk menilai perusahaan asing, ada kecendrungan untuk melihat pendapatan
dan data finansial yang lainnya dari sudut pandang negara asalnya, dan karena
adanya bahaya dari mengabaikan efek dari perbedaan akuntansi. Kecuali perbedaan
signifikan yang diambil ke dalam akun, mungkin dengan beberapa keterlibatan
pernyataan ulang, ini mungkin mempunyai konsekuensi yang sangat serius. Kedua,
kesadaran dari perbedaan internasional menyarankan perlunya untuk menjadi
familiar dengan prinsip akuntansi negara asing sebagai tujuan untuk mengenal
lebih baik data pendapatan dalam konteks pengukuran. Ketiga, persoalan dari
sifat yang bisa dibandingkan dan harmonisasi akuntasni yang diulas dalam
konteks dari kesempatan investasi alternatif.
Akuntansi Internasional memiliki peranan yang
sangat penting dalam masyarakat. Sebagai cabang ilmu ekonomi, akuntansi
memberikan informasi mengenai suatu perusahaan dan transaksinya untuk
memfasilitasi keputusan alokasi sumber daya oleh para pengguna informasi
tersebut. Jika informasi yang dilaporkan dapat diandalkan dan bermanfaat sumber
daya yang terbatas tersebut dialokasikan secara optimal, dan sebaliknya alokasi
sumber daya akan menjadi kurang optimal jika informasi kurang andal dan tidak
bermanfaat. Akuntansi internasional tidaklah berbeda dan peranan yang
dimaksudkan. Yang membuat studinya berbeda adalah bahwa perusahaan yang
dilaporkan adalah perusahaan multinasional (multinational compain,MNC) dengan
operasi dan transaksi yang melintasi batas-batas negara, atau suatu perusahaan
dengan kewajiban pelaporan kepada para pengguna yang berlokasi di negara
perusahaan pelaporan.
Proses akuntansinya pun tidaklah berbeda dengan
kualifikasi standar pelaporan tertentu yag diatur secara internasional maupun
lokal pada negara tertentu. Tetapi penting untuk diketahui mengenai dimesi
internasional dari proses akuntansi pada tiap negara yang berbeda. Dimana
perbedaan itu meliputi : perbedaan budaya, praktik bisnis, struktur politik,
sistem hukum, nilai mata uang, tingkat inflasi lokal, resiko bisnis dan serta
aturan perundang-undangan mempengaruhi bagaimana perusahaan multinasional
melakukan kegiatan operasionalnya dan memberikan laporan keuangannya.
Ada beberapa hal yang membedakan akuntansi
internasional berbeda dari Akuntansi lainnya, perbedaannya adalah pada studi
akuntansi internasional:
1. Pelaporan kepada MNC / MNE (Multi National
Corporation),
2. Batas negara,
3. Pelaporan kepada pihak lain di berbagai
negara,
4. Perpajakan Internasional5. Transaksi
Internasional
2. Bagaimana Akuntansi Internasional menjadi 3
bidang yang luas
Akuntansi Internasional terbagi menjadi tiga bidang yang luas, Akuntansi
mencakup beberapa proses yang luas tersebut antara lain :
Ø Pengukuran
Dapat memberikan masukan mendalam mengenai
Probabilitas operasi suatu perusahaan dan kekuatan posisi keuangan. Proses
mengidentifikasi, mengelompokkan dan menghitung aktivitas dan transaksi,
memberikan masukan mendalam mengenai Profitabilitas dan operasi.
Ø Pengungkapan
Proses dimana pengukuran akuntansi
dikomunikasikan kepada para pengguna laporan keuangan dan digunakan dalam
pengambilan keputusan atau proses mengkomunikasikan kepada para pengguna.
Ø Auditing
Proses dimana para kalangan profesional akuntansi
khusus (auditor) melakukan atestasi (pengujian) terhadap keandalan proses
pengukuran dan komunikasi.
3. Sejarah akuntansi internasional dan trend
kebijakan sektor keuangan nasional
Sejarah Akuntansi Internasional
Perkembangan Akuntansi dari Sistem Pembukuan Berpasangan Pada awalnya, pencatatan transaksi perdagangan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dicatat pada batu, kulit kayu, dan sebagainya. Catatan tertua yang berhasil ditemukan sampai saat ini masih tersimpan, yaitu berasal dari Babilonia pada 3600 sebelum masehi. Penemuan yang sama juga diperoleh di Mesir dan Yonani kuno. Pencatatan itu belum dilakukan secara sistematis dan sering tidak lengkap. Pencatatan yang lebih lengkap dikembangkan di Italia setelah dikenal angka- angka desimal arab dan semakin berkembangnya dunia usaha pada waktu itu. Perkembangan akuntansi terjadi bersamaan dengan ditemukannya sistem pembukuan berpasangan (double entry system) oleh pedagang- pedagang Venesia yang merupakan kota dagang yang terkenal di Italia pada masa itu. Dengan dikenalnya sistem pembukuan berpasangan tersebut, pada tahun 1494 telah diterbitkan sebuah buku tentang pelajaran penbukuan berpasangan yang ditulis oleh seorang pemuka agama dan ahli matematika bernama Luca Paciolo dengan judul Summa de Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita yang berisi tentang palajaran ilmu pasti. Namun, di dalam buku itu terdapat beberapa bagian yang berisi palajaran pembukuan untuk para pengusaha. Bagian yang berisi pelajaranpe mbukuan itu berjudul Tractatus de Computis et Scriptorio. Buku tersebut kemudian tersebar di Eropa Barat dan selanjutnya dikembangkan oleh para pengarang berikutnya. Sistem pembukuan berpasangan tersebut selanjutnya berkembang dengan sistemyang menyebut asal negaranya, misalnya sistem Belanda, sistem Inggris, dan sistem Amerika Serikat. Sistem Belanda atau tata buku disebut juga sistem Kontinental. Sistem Inggris dan Amerika Serikat disebut Sistem Anglo- Saxon2. Perkembangan Akuntansi dari Sistem Kontinental ke Anglo- Saxon Pada abad pertengahan, pusat perdagangan pindah dari Venesia ke Eropa Barat. Eropa Barat, terutama Inggris menjadi pusat perdagangan pada masa revolusi industri. Pada waktu itu pula akuntansi mulai berkembang dengan pesat. Pada akhir abad ke-19, sistem pembukuan berpasangan berkembang di Amerika Serikat yang disebut accounting (akuntansi). Sejalan dengan perkembangan teknologi di negara itu, sekitar pertengahan abad ke-20 telah dipergunakan komputer untuk pengolahan data akuntansi sehingga praktik pembukuan berpasangan dapat diselesaikan dengan lebih baik dan efisien. Pada Zaman penjajahan Belanda, perusahaan- perusahaan di Indonesia menggunakan tata buku. Akuntansi tidak sama dengan tata buku walaupun asalnya sama-sama dari pembukuan berpasangan. Akuntansi sangat luas ruang lingkupnya, diantaranya teknik pembukuan. Setelah tahun 1960, akuntansi cara Amerika (Anglo- Saxon) mulai diperkenalkan di Indonesia. Jadi, sistem pembukuan yang dipakai di Indonesia berubah dari sistem Eropa (Kontinental) ke sistem Amerika (Anglo- Saxon).
Perkembangan Akuntansi dari Sistem Pembukuan Berpasangan Pada awalnya, pencatatan transaksi perdagangan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dicatat pada batu, kulit kayu, dan sebagainya. Catatan tertua yang berhasil ditemukan sampai saat ini masih tersimpan, yaitu berasal dari Babilonia pada 3600 sebelum masehi. Penemuan yang sama juga diperoleh di Mesir dan Yonani kuno. Pencatatan itu belum dilakukan secara sistematis dan sering tidak lengkap. Pencatatan yang lebih lengkap dikembangkan di Italia setelah dikenal angka- angka desimal arab dan semakin berkembangnya dunia usaha pada waktu itu. Perkembangan akuntansi terjadi bersamaan dengan ditemukannya sistem pembukuan berpasangan (double entry system) oleh pedagang- pedagang Venesia yang merupakan kota dagang yang terkenal di Italia pada masa itu. Dengan dikenalnya sistem pembukuan berpasangan tersebut, pada tahun 1494 telah diterbitkan sebuah buku tentang pelajaran penbukuan berpasangan yang ditulis oleh seorang pemuka agama dan ahli matematika bernama Luca Paciolo dengan judul Summa de Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita yang berisi tentang palajaran ilmu pasti. Namun, di dalam buku itu terdapat beberapa bagian yang berisi palajaran pembukuan untuk para pengusaha. Bagian yang berisi pelajaranpe mbukuan itu berjudul Tractatus de Computis et Scriptorio. Buku tersebut kemudian tersebar di Eropa Barat dan selanjutnya dikembangkan oleh para pengarang berikutnya. Sistem pembukuan berpasangan tersebut selanjutnya berkembang dengan sistemyang menyebut asal negaranya, misalnya sistem Belanda, sistem Inggris, dan sistem Amerika Serikat. Sistem Belanda atau tata buku disebut juga sistem Kontinental. Sistem Inggris dan Amerika Serikat disebut Sistem Anglo- Saxon2. Perkembangan Akuntansi dari Sistem Kontinental ke Anglo- Saxon Pada abad pertengahan, pusat perdagangan pindah dari Venesia ke Eropa Barat. Eropa Barat, terutama Inggris menjadi pusat perdagangan pada masa revolusi industri. Pada waktu itu pula akuntansi mulai berkembang dengan pesat. Pada akhir abad ke-19, sistem pembukuan berpasangan berkembang di Amerika Serikat yang disebut accounting (akuntansi). Sejalan dengan perkembangan teknologi di negara itu, sekitar pertengahan abad ke-20 telah dipergunakan komputer untuk pengolahan data akuntansi sehingga praktik pembukuan berpasangan dapat diselesaikan dengan lebih baik dan efisien. Pada Zaman penjajahan Belanda, perusahaan- perusahaan di Indonesia menggunakan tata buku. Akuntansi tidak sama dengan tata buku walaupun asalnya sama-sama dari pembukuan berpasangan. Akuntansi sangat luas ruang lingkupnya, diantaranya teknik pembukuan. Setelah tahun 1960, akuntansi cara Amerika (Anglo- Saxon) mulai diperkenalkan di Indonesia. Jadi, sistem pembukuan yang dipakai di Indonesia berubah dari sistem Eropa (Kontinental) ke sistem Amerika (Anglo- Saxon).
Sudut Pandang Sejarah
Beberapa waktu yang lalu, akuntansi memperlihatkan kemampuannya untuk menarik perhatian publik melalui akuntansi dan pengukuran sumber daya manusia, pelaporan dan audit atas tanggungjawab sosial berbagai organisasi. Saat ini akuntansi beroperasi antara lain dalam lingkungan perilaku, sektor publik dan Internasional.
Akuntansi menyediakan informasi bagi pasar modal-pasar modal besar, baik domestik maupun internasional. Akuntansi telah meluas ke dalam area konsultasi manajemen dan melibatkan lebih besar porsi teknologi informasi dalam sistem dan prosedurnya. Dengan demikian akuntansi jelas tanggap terhadap stimulus lingkungan.
Menurut Choi dan Muller (1998; 1) bahwa ada tiga kekuatan utama yang mendorong bidang akuntansi internasional kedalam dimensi internasional yang terus tumbuh, yaitu (1) faktor lingkungan, (2) Internasionalisasi dari disiplin akuntansi, dan (3) Internasionalisasi dari profesi akuntansi. Ketiga faktor tersebut dalam perjalanan/perkembangan akuntansi sangat berperan dan menentukan arah dari teori akuntansi yang selama bertahun-tahun dan dekade banyak para ahli mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk mengembangkan teori akuntansi dan ternyata mengalami kegagalan dan hal tersebut menyebabkan terjadinya evolusi dari ”theorizing” ke “conceptualizing”.
Iqbal, Melcher
dan Elmallah (1997:18) mendefinisikan akuntansi internasional sebagai akuntansi
untuk transaksi antar negara, pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di
negara-negara yang berlainan dan harmonisasi standar akuntansi di seluruh
dunia.
Akuntansi harus berkembang agar mampu memberikan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan di perusahaan pada setiap perubahan lingkungan bisnis. Berikut ini karakteristik era ekonomi global:
a. Bisnis internasional.
b. Hilangnya batasan-batasan antar negara era ekonomi global sering sulit untuk mengindentifikasi negara asal suatu produk atau perusahaan, hal ini terjadi pada perusahaan multinasional.
c. Ketergantungan pada perdagangan internasional.
Sejarah akuntansi merupakan sejarah internasional. Kronologi berikuk ini menunjukkan bahwa akuntansi telah meraih keberhasilan besar dalam kemampuanya untuk diterapkan dari satu kondisi ke kondisi lainnya sementara di pihak lain memungkinkan timbulnya pengembangan teres-menerus dalam bidang teori dan praktik di seluruh dunla. Sebagai permulaan, sistem pembukuan berpasangan (doithfe-entru Lookkreping), yang umumnya dianggap sebagai awal penciptaaa akuntansi seperti yang kita ketahui selama ini, berawal dari negam-negah kota di Italia pida abad ke-14 dan 15.
Perkernbangannya didorong oleh pertumbuhan perdagangan intemasional di Italia Utara selama masa akhir abad pertengahan dan keinginan pemerintah untuk menemukan cara dalam mengenakan pajak terhadap transaksi komersial. ”Pembukuan Italia” kemudian berilih ke Jerman untuk membantu para pedagang pada zaman Fugger dan Kelompok Hanseatik. Pada waktu yang hampir bersamaan, para filsuf hitvis di Belanda mempertajam cara menghitung pendapatan periodik dan aparat pemerintah di Prancis menemukan keuntungan menerapkan keseluruhan sistem dalam perencanaan dan akuntabilitas pemerintah. Perkembangan Inggris Raya menciptakan kebutuhan yang tak terelakkan lagi bagi kepentingan komersial Inggris untuk mengelola dan mengendalikan perusahaan di daerah koloni, dan untuk pencatatan perusahaan kolonial mereka yang akan diperiksa ulang dan diverifikasi. Kebutuhan-kebutuhan mi menyebabkan tumbuhnya masyarakat akuntansi pada tshun 1850-an dan suatu profesi akuntansi publik yang terorganisasi di Skotlandia dan Inggris selama tahun 1870-an. Paktik akuntansi laggris memyebar luas tidak hanya di seluruh Amerika Utara, tetapi juga di seluruh wilayah Persemakmuran Inggris yang ada waktu itu.
Akuntansi harus berkembang agar mampu memberikan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan di perusahaan pada setiap perubahan lingkungan bisnis. Berikut ini karakteristik era ekonomi global:
a. Bisnis internasional.
b. Hilangnya batasan-batasan antar negara era ekonomi global sering sulit untuk mengindentifikasi negara asal suatu produk atau perusahaan, hal ini terjadi pada perusahaan multinasional.
c. Ketergantungan pada perdagangan internasional.
Sejarah akuntansi merupakan sejarah internasional. Kronologi berikuk ini menunjukkan bahwa akuntansi telah meraih keberhasilan besar dalam kemampuanya untuk diterapkan dari satu kondisi ke kondisi lainnya sementara di pihak lain memungkinkan timbulnya pengembangan teres-menerus dalam bidang teori dan praktik di seluruh dunla. Sebagai permulaan, sistem pembukuan berpasangan (doithfe-entru Lookkreping), yang umumnya dianggap sebagai awal penciptaaa akuntansi seperti yang kita ketahui selama ini, berawal dari negam-negah kota di Italia pida abad ke-14 dan 15.
Perkernbangannya didorong oleh pertumbuhan perdagangan intemasional di Italia Utara selama masa akhir abad pertengahan dan keinginan pemerintah untuk menemukan cara dalam mengenakan pajak terhadap transaksi komersial. ”Pembukuan Italia” kemudian berilih ke Jerman untuk membantu para pedagang pada zaman Fugger dan Kelompok Hanseatik. Pada waktu yang hampir bersamaan, para filsuf hitvis di Belanda mempertajam cara menghitung pendapatan periodik dan aparat pemerintah di Prancis menemukan keuntungan menerapkan keseluruhan sistem dalam perencanaan dan akuntabilitas pemerintah. Perkembangan Inggris Raya menciptakan kebutuhan yang tak terelakkan lagi bagi kepentingan komersial Inggris untuk mengelola dan mengendalikan perusahaan di daerah koloni, dan untuk pencatatan perusahaan kolonial mereka yang akan diperiksa ulang dan diverifikasi. Kebutuhan-kebutuhan mi menyebabkan tumbuhnya masyarakat akuntansi pada tshun 1850-an dan suatu profesi akuntansi publik yang terorganisasi di Skotlandia dan Inggris selama tahun 1870-an. Paktik akuntansi laggris memyebar luas tidak hanya di seluruh Amerika Utara, tetapi juga di seluruh wilayah Persemakmuran Inggris yang ada waktu itu.
Trend Kebijakan sektor keuangan Nasional
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 10
Januari 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat
suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2013
dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%. Evaluasi menyeluruh terhadap kinerja tahun 2012
dan prospek tahun 2013-2014 menunjukkan perekonomian Indonesia tumbuh cukup
tinggi dengan inflasi yang tetap terkendali dan rendah. Kinerja tersebut
tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah
untuk menjaga stabilitas makro dan momentum pertumbuhan ekonomi nasional di
tengah perlambatan ekonomi dunia. Fokus kebijakan Bank Indonesia saat ini
diarahkan untuk mengelola keseimbangan eksternal dan stabilitas nilai tukar
Rupiah sesuai kondisi fundamentalnya. Ke depan, Bank Indonesia juga akan
memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta mempererat
koordinasi dengan Pemerintah untuk mengelola permintaan domestik agar sejalan
dengan upaya menjaga keseimbangan eksternal, mencapai sasaran inflasi, dan
kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.
Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2012 lebih
rendah dari tahun sebelumnya. Hal ini utamanya disebabkan oleh ekonomi Eropa
yang masih mengalami kontraksi akibat krisis utang. Sementara itu, ekonomi
Amerika Serikat (AS) mulai membaik meskipun masih rentan dan dibayangi isu
keterbatasan stimulus fiskal (fiscal cliff). Di sisi lain, pertumbuhan
ekonomi di negara-negara berkembang mulai melambat, khususnya China dan India
yang merupakan mitra dagang Indonesia. Pertumbuhan ekonomi global yang
melambat juga diikuti dengan harga komoditas yang turun cukup tajam. Sejalan
dengan itu, respons kebijakan negara-negara maju cenderung akomodatif. Ke
depan, perekonomian dunia diprakirakan akan tumbuh lebih baik dan harga
komoditas dunia juga akan mengalami kenaikan.
Perekonomian Indonesia pada 2012 tumbuh cukup tinggi
sebesar 6,3% dan diprakirakan akan meningkat pada 2013 dan 2014. Daya tahan
perekonomian selama ini didukung oleh stabilitas makro dan sistem keuangan
yang terjaga sehingga mampu memperkuat basis permintaan domestik. Kinerja
konsumsi rumah tangga dan investasi yang meningkat mampu menahan dampak
turunnya pertumbuhan ekspor terutama mulai paruh kedua 2012. Dari sisi
produksi, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kinerja sektor Industri
Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, serta sektor
Pengangkutan dan Komunikasi. Dari sisi kawasan, kesenjangan pertumbuhan
ekonomi antar daerah semakin berkurang, tercermin dari kontribusi pertumbuhan
ekonomi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang semakin baik. Pada tahun
2013-2014, perekonomian Indonesia diprakirakan dapat mencapai kisaran
masing-masing 6,3% - 6,8% dan 6,7% - 7,2%. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh
konsumsi yang terus meningkat dan investasi yang tetap kuat, sementara ekspor
diprakirakan akan membaik.
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada tahun
2012 masih mencatat surplus, meskipun mengalami tekanan defisit transaksi
berjalan. Melemahnya permintaan dari negara-negara mitra dagang dan
merosotnya harga komoditas ekspor berdampak pada menurunnya kinerja ekspor.
Di sisi lain, impor masih tumbuh cukup tinggi, terutama dalam bentuk barang
modal dan bahan baku, sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi.
Tingginya impor juga tercatat pada komoditas migas akibat melonjaknya
konsumsi BBM, sehingga berdampak pada defisit neraca migas yang terus
meningkat dan menambah tekanan pada defisit transaksi berjalan. Sementara
itu, transaksi modal dan finansial mencatat kenaikan surplus yang cukup besar
terutama didukung oleh investasi langsung (PMA) dan arus masuk modal
portofolio, baik dalam pasar saham maupun pasar obligasi, yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut, cadangan
devisa sampai dengan akhir Desember 2012 mencapai 112,78 miliar dolar AS,
atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
Pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai perkembangan defisit
transaksi berjalan dan akan terus mempererat koordinasi kebijakan dengan
Pemerintah agar defisit tersebut menurun ke tingkat yang sustainable sehingga
keseimbangan eksternal tetap terjaga.
Nilai tukar Rupiah pada 2012 mengalami depresiasi
dengan volatilitas yang cukup rendah. Rupiah secara point-to-point melemah
5,91% (yoy) selama tahun 2012 ke level Rp9.638 per dolar AS. Tekanan
depresiasi terutama terjadi pada triwulan II dan III tahun 2012 terkait
dengan memburuknya kondisi perekonomian global, khususnya di kawasan Eropa,
yang berdampak pada penurunan arus masuk portfolio asing ke Indonesia. Dari
sisi domestik, tekanan Rupiah berasal dari tingginya permintaan valas untuk
keperluan impor di tengah perlambatan kinerja ekspor. Nilai tukar Rupiah
kembali bergerak stabil pada triwulan IV-2012 seiring dengan peningkatan arus
masuk modal asing yang cukup besar, baik dalam bentuk arus masuk modal
portofolio maupun investasi langsung. Ke depan, Bank Indonesia akan terus
menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan kondisi fundamental
perekonomian.
Inflasi sepanjang tahun 2012 tetap terkendali pada
level yang rendah dan berada pada kisaran sasaran inflasi sebesar 4,5%±1%.
Terkendalinya inflasi tersebut sebagai hasil dari berbagai kebijakan Bank
Indonesia dan didukung oleh semakin baiknya koordinasi kebijakan dengan
Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Inflasi 2012 mencapai 4,30%
(yoy) terutama didorong oleh inflasi inti yang stabil, inflasi volatile food
yang terkendali dan inflasi administered prices yang rendah. Inflasi inti
yang stabil didukung oleh penerapan strategi bauran kebijakan moneter dan
makroprudensial sehingga tekanan inflasi dari sisi permintaan, harga
komoditas impor, dan ekspektasi inflasi tetap terkendali. Selain itu,
terjaganya inflasi juga didukung oleh koordinasi yang semakin intensif antara
Bank Indonesia dan Pemerintah melalui forum TPI dan TPID, terutama pada upaya
peningkatan produksi, kelancaran distribusi, dan stabilisasi harga pangan
strategis. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali
dalam kisaran sasaran 4,5% ± 1% pada tahun 2013 dan tahun 2014.
Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi
perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid
tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio)
yang mencapai 17,4% dan rendahnya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing
Loan) gross sekitar 2% pada November 2012. Sementara itu, pertumbuhan kredit
hingga akhir November 2012 mencapai 22,3% (yoy), dan diperkirakan mencapai
sekitar 23% pada akhir tahun 2012. Sejalan dengan meningkatnya investasi,
kredit investasi tumbuh cukup tinggi, sebesar 29,8% (yoy) dan kredit modal
kerja tumbuh 26,1% (yoy) sehingga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas
perekonomian nasional. Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh 12,1% (yoy)
antara lain terkait dengan penerapan kebijakan pengaturan besaran rasio LTV
(loan to value) dan minimum uang muka, untuk menjaga pertumbuhan kredit yang
sehat di sektor konsumtif. Sejalan dengan prospek perekonomian mendatang,
stabilitas sistem keuangan akan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi
perbankan yang akan meningkat.
Ke depan, kebijakan Bank Indonesia akan diarahkan
untuk mengelola permintaan domestik agar sejalan dengan upaya untuk menjaga
keseimbangan eksternal. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan
melalui lima pilar kebijakan. Pertama, kebijakan suku bunga akan ditempuh
secara konsisten dengan prakiraan inflasi ke depan agar tetap terjaga dalam
kisaran target yang ditetapkan. Kedua, kebijakan nilai tukar akan diarahkan
untuk menjaga pergerakan Rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Ketiga,
kebijakan makroprudensial diarahkan untuk menjaga kestabilan sistem keuangan
dan mendukung terjaganya keseimbangan internal maupun eksternal. Keempat,
penguatan strategi komunikasi kebijakan untuk mengelola ekspektasi inflasi.
Kelima, penguatan koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah dalam mendukung
pengelolaan ekonomi makro, khususnya dalam memperkuat struktur perekonomian,
memperluas sumber pembiayaan ekonomi, penguatan respons sisi penawaran, serta
pemantapan Protokol Manajemen Krisis (PMK).
4. Peran
Akuntansi dalam bidang usaha dan pasar modal global
Akuntansi (accounting) adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur,
dan melaporakan informasi ekonomi,untuk memungkinkan adanya penilaian dan
keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi
tersebut. namun dalam dunia bisnis, akuntansi (accounting) dapat diartikan
sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku
kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Para pemangku
kepentingan tersebut adalah owners (pemegang saham), employes
(pekerja),costumer (pelanggan),kreditors (orang yang memberi pinjaman),
goverment (pemerintah), communty (masyarakat)
Bisa dibilang akuntansi adalah “bahasa bisnis” (language of bisnis)
karena melalui akuntansilah informasi bisnis dikomunikasikan kepada para
pemangku kepentingan. Contohnya, laporan akuntansi yang merangkum
profitabilitas produk baru akan membantu management the coca-cola
company untuk memutuskan apakah produk tersebut akan terus dijual.
Demikian pula analisis pasar modal menggunakan laporan akuntansi untuk
memutuskan apakah mereka perlu merekomendasikan untuk membeli saham
coca-cola. Bank menggunakan laporan akuntansi untuk memutuskan pemberian
fasilitas kredit guna membeli peralatan dan bahan baku bagi coca-cola.
Pemerintah (kantor pajak) menggunakan lapororan akuntansi sebagai dasar untuk
menetapkan pajak gagi coca-cola.
Akuntansi menyediakan informasi bagi para pemangku kepentingan dalam
perusahaan melalui proses sebagai berikut:
Para pemangku kepentingan menggunakan laporan akuntansi sebagai informasi
utama, meskipun bukan satu-satunya untuk membuat keputusan, mereka juga
menggunakan informasi yang lain. Sebagai contoh, dalam memutuskan dalam
memberikan fasilitas kredit ke sebuah toko rintel setempat, bank tidak hanya
menggunakan laporan akuntansi tersebut, tetepi juga mendatangi toko dan
bertanya pada lingkunan sekitarnya mengnai reputasi pemilik toko.
Peran
Akuntansi dalam pasar modal global
Dalam era globalisasi, dunia usaha dan
masyarakat telah menjadi semakin kompleks sehingga menuntut adanya
perkembangan berbagai disiplin ilmu termasuk Akuntansi. Akuntansi memegang
peranan penting dalam ekonomi dan sosial karena setiap pengambilan keputusan
yang bersifat keuangan harus berdasarkan informasi akuntansi. Keadaan ini
menjadikan akuntansi sebagai suatu profesi yang sangat dibutuhkan
keberadaanya dalam lingkungan organisasi bisnis.
Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat bervariasi. Bidang-bidang yang dahulu tidak di bayangkan sebagai sektor usaha sekarang menjadi sektor besar. Perkembangan profesi akuntansi terasa lebih meninggi setelah tahun 1985, Bebarengan dengan BEJ. Bunga Bank yang tinggi mendorong orang mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan permodalannya, persaingan antar perusahaan semakin meningkat dengan dibarengi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam menghadapi itu semua para pengelola perusahaan sangat membutuhkan informasi akuntansi dalam rangka pengambilan keputusan.
Akuntansi mengalami perkembangan yang
sangat pesat seiring dengan tumbuh dan berkembangnya bisnis surat-surat
berharga khususnya bisnis saham di pasar modal. Masyarakat Amerika sudah
mengenal bisnis tersebut sejak tahun 1900 (Belkaoui, 2007). Dalam
bertransaksi, baik para investor maupun calon investor telah menggunakan
informasi keuangan perusahaan sebagai salah satu pedoman dalam membuat
prediksi-prediksi dan untuk mengambil keputusan bisnis, yaitu investasi dalam
surat-surat berharga, khususnya dalam saham. Perkembangan positif yang
terjadi terhadap bisnis saham di pasar modal Amerika juga menunjukkan bahwa
kebutuhan perusahaan akan modal juga meningkat seirama dengan perkembangan
pasar. Perkembangan ini sekaligus menunjukkan bahwa pasar modal memegang
peranan penting dalam perekonomian suatu negara khususnya Amerika pada era
tersebut. Di samping itu, juga berarti bahwa kebutuhan dan peran informasi
akuntansi menjadi semakin penting.
Tantangan Dalam Era Global
Globalisasi yang sudah pasti dihadapi
oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia
usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan
internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Perwujudan nyata dari
globalisasi ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia antara lain terjadi dalam
bentuk-bentuk berikut (Damanhuri, 2003):
• Pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer bersama mitrausaha dari mancanegara. • Tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf professional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional dan\atau buruh diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas. • Jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV, radio, media cetak dan lain-lain. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh KFC, Hoka Hoka Bento, Mac Donald, dll melanda pasar di mana-mana. Akibatnya selera masyarakat dunia (baik yang berdomisili di kota maupun di desa) menuju pada selera global. • Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan non tarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin ketat dan fair. Bahkan, transaksi menjadi semakin cepat karena “less papers/documents” dalam perdagangan, tetapi dapat mempergunakan jaringan teknologi telekomunikasi yang semakin canggih. Dengan kegiatan bisnis korporasi (bisnis corporate) di atas dapat dikatakan bahwa globalisasi mengarah pada meningkatnya ketergantungan ekonomi antarnegara melalui peningkatan volume dan keragaman transaksi antarnegara (cross-border transactions) dalam bentuk barang dan jasa, aliran dana internasional (international capital flows), pergerakan tenaga kerja (human movement) dan penyebaran teknologi informasi yang cepat. Kekuatan ekonomi global menyebabkan bisnis korporasi perlu melakukan tinjauan ulang terhadap struktur dan strategi usaha serta melandaskan strategi manajemennya dengan basis entrepreneurship, cost efficiency dan competitive advantages. Masalah daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka merupakan isu kunci dan tantangan yang tidak ringan. Tanpa dibekali kemampuan dan keunggulan saing yang tinggi niscaya produk suatu negara, termasuk produk Indonesia, tidak akan mampu menembus pasar internasional. Bahkan masuknya produk impor dapat mengancam posisi pasar domestik. Dengan kata lain, dalam pasar yang bersaing, keunggulan kompetitif (competitive advantage) merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Banyak perusahaan besar Indonesia terhempas karena krisis, karena persaingan global, menunjukkan bahwa ternyata mereka tidak efisien.
Menyadari hal tersebut beberapa
perusahaan besar melakukan antisipasi dengan mencoba untuk tidak menjadi
bubble company tetapi menjadi sustainable company (Hasan, 2000). Good
Corporate Governance, tata kelola perusahaan yang baik, diyakini mampu
merealisasikan keinginan tersebut, karena tidak hanya bertujuan pada profit
oriented tapi juga fokus pada kebutuhan seluruh stakeholder-nya. Untuk itu
transparansi, akuntabel, fairness, dan responsibilitas terutama sangat perlu
dipahami dan direalisasikan organisasi baik organisasi swasta maupun
organisasi sektor publik. Akuntansi, sebagai information provider, perlu
menyadari bahwa high quality information adalah dasar dari good corporate
governance. Oleh karena itu para pelaku akuntansi perlu menyadari tanggung
jawab mereka untuk menyediakan informasi maupun laporan keuangan yang handal
dan akurat.
Sumber :
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/1-tugas-soft-skill-akuntansi-internasional
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar